Mencoba Bangun Bisnis

PROFIL ALUMNI
Agus Aryanto
Alumni Akuntansi 2005
Jakarta

Mencoba Bangun Bisnis
Terlahir dari keluarga yang berkecukupan, Agus Aryanto adalah putra pertama dari lima bersaudara. “Papa saya itu nelayan,” jelas Ary panggilan akrabnya. Sejak kecil Ary sangat antusias menjadi pengusaha. Ketika lulus SMA, bertanya pada guru tentang jurusan kuliah agar bisa jadi pengusaha. Guru SMA pun menyarankan untuk masuk jurusan Akuntansi. Alhasil Ary kuliah di program studi tersebut.
Setelah lulus kuliah, Ary sempat bekerja sebagai penerjemah Bahasa Mandarin di perusahaan tambang dari Tiongkok yang datang ke Indonesia. Sayangnya pekerjaan ini hanya dilakoni 3 bulan karena tidak kuat mengikuti survei ke daerah pedalaman untuk melihat kualitas batubara, nikel dan lain-lain.
Ary mencoba membangun bisnis bersama 3 orang teman dengan konsep membuat portal untuk karya seni. Dalam bisnis ini Ary mendapat modal dari orang tua sebanyak Rp 20.000.000,-, namun mengalami kegagalan. “Punya semangat besar tapi tidak punya planning yang baik, ngak punya mentor juga, bisa dibilang main hajar ha…ha…,” beber penikmat makanan gado-gado.
Kegagalan membuat Ary frustrasi, dimarahi orang tua dan dianggap tidak kompeten berbisnis. Selamat satu tahun mental Ary sempat *down *dan tidak bekerja. Beruntung saat itu Ary punya kekasih yang saat ini sudah menjadi istri, bekerja di bagian finance. “Dari gaji dia digunakan untuk kebutuhan berdua,” kenang cowok yang suka main bola basket.

Mencoba Lagi
Tidak mau berlama-lama akhirnya bangkit dari mental down, Ary mengikuti saran istri untuk membuka usaha fashion berskala rumah tangga. “Waktu itu cuma 1 pegawai, modal juga dari kredit tanpa agunan di bank swasta dari slip gaji istri,” kata Ary.
Bisnis fashion dilakoni selama 1.5 hingga 2 tahun, akhirnya diputuskan untuk berhenti. “Saya ngak tega lihat istri harus menggotong baju dalam kemasan besar 50 sampai 100 kg per karung,” ujar pemilik zodiak Leo. Alasan lain adalah omset yang turun terus menerus.
Ary mencoba pindah haluan ke import produk GPS Tracker dari Tiongkok. Menurut Ary peluang ini cocok kondisi di Indonesia yang tingkat pencurian kendaraan sangat tinggi. Dengan semangat Ary mendatangkan produk GPS Tracker yang diharapkan dapat berkembang. Kesalahan pun diperbuat lagi karena tidak mempersiapkan teknisi pemasangan GPS Tracker. Ketika produk datang, Ary bingung untuk cara pemasangannya. Penawaran ke bengkel-bengkel dilakukan tapi hasilnya sangat minim. “Gagal lagi dan saya sudah menghabiskan setengah uang yang diperoleh dari bisnis fashion,” ujar Ary.

Kembali Gagal
Tidak mudah menyerah adalah prinsip yang dianut Ary. Dari GPS Tracker beralih ke produk herbal berdasarkan permintaan satu teman yang ada di Kalimantan. “Dia menyakinkan saya jika produk itu datang, penjualan akan bagus,” kata penggemar alat musik gitar. Saat produk datang, teman Ary menghilang dan tidak mengerti cara menjual produk tersebut. Kegagalan bisnis pun dialami kembali, modal habis ditambah hutang KTA dengan pihak bank.
Terpuruk dan stres dialami oleh Ary, bahkan sering bertengkar dengan istri karena bingung menutup biaya hidup bersama seorang anak bayi di rumah. Di sela-sela kebimbangan, seorang teman menawarkan alat kesehatan produk terapi dari perusahaan baru. Pemiliknya tidak punya akses, Ary membantu untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Dari transaksi tersebut, Ary mendapat uang untuk menutupi setengah kerugian dari produk herbal. “Tuhan sangat baik,” ungkap Ary mengucap syukur.
Kedekatan Ary dengan pemilik perusahaan tersebut semakin dekat. Dari beliau, Ary belajar tentang dongeng “Kisah Kancil dan Singa” yang mengubah cara berpikir secara total saat itu. Satu ketika Ary kecewa dan akhirnya tidak meneruskan kerjasama lebih lanjut.
Membangun Komunitas
Tak lama berlalu Ary mendapat sebuah komunitas yang dapat menerimanya. Lewat komunitas ini, Ary memperoleh investor untuk membangun *startup *di bidang human resources. Selain menjalankan bisnis startup, Ary juga membangun *network community *untuk membantu pengusaha, pebisnis serta profesional guna mendapatkan *network *yang bertujuan untuk memajukan bisnis mereka.

Berbagai pengalaman sudah dijalani, Ary mendukung anak muda untuk punya semangat wirausaha. “Sebaiknya membutuhkan mentor untuk membangun bisnis, jangan gegabah dan bertanya pada ahlinya,” ungkap founder GWP Network Community. Saran Ary, jangan membandingkan dengan orang lain, karena setiap orang punya kehidupan yang berbeda. “Cari network yang membangun, relevan dan saling membantu karena akan menolong keluarga, bisnis, pekerjaan serta kehidupan sosial,” jelas Ary. (henky honggo)
NB: profil ditulis oleh Henky Honggo
#alumniBinus
#IKABinus
#DivisiMediaSosial
#ProfilAlumni
#Ekonomi
#Akuntansi
#AgusAryanto
#Jakarta
Aryanto Hong

Posted by

Henky Honggo

Henky Honggo

IKABINUS Social Media Team & Jurnalist at Tribun News Sumatra Selatan https://www.instagram.com/henkyhonggo