Sadar Setelah Hampir Lulus
PROFIL ALUMNI
Herry Juniarto Johan
Alumni Manajemen Informatika 1998
Bekasi – Jawa Barat
Sadar Setelah Hampir Lulus
Rumor perploncoan mempengaruhi Herry Juniarto Johan untuk memilih universitas setelah lulus SMA di Bekasi. Saat itu memang banyak isu tentang kegiatan plonco di berbagai perguruan tinggi. “Saya dengar di Binus tidak perlu botak, tidak separah di tempat lain,” kenang pendengar musik Audiophile. Tahun 1998 Herry masuk kuliah dan bertemu dengan berbagai teman baru dengan beragam suku dan daerah. Di tahun tersebut juga merasakan kampus baru yaitu Kampus Anggrek.
Awal perkuliahan sangat terasa tantangannya ketika perjalanan menuju kampus. Di terminal atau kendaraan umum terutama bus Metro Mini B91 yang banyak copet, pemalak, tukang todong menggunakan pisau. “Harga diri saya cukup tinggi sehingga mengalahkan rasa takut, ya dilawan saja jangan sampai menunjukkan panik ha…ha…,” ungkap penggemar bakmie. Walaupun setelah itu Herry berpikir lagi akibatnya jika kena tusuk, nyawa lebih berharga dari harta.
Proses belajar pun masih menggunakan “sks” (sistem kebut semalam). UTS dan UAS belajarnya di kampus atau selama perjalanan, tentu saja tidak maksimal. “Saya cukup menyesali hal ini dan sudah terlambat, baru sadar setelah hampir lulus tentu saja mempengaruhi IPK, syukur rentang nilainya masih masuk dalam dunia kerja,” beber Herry.
Banyak hal baru yang diperoleh Herry sehingga dapat mengubah pola pikirnya. Misalnya dipicu keingintahuan update bios, bertanya kepada teman yang dijawab “masa gitu aja ngak tahu, ngak bisa tinggal enak gitu aja, belajar cari sendirilah”. Sejak itu Herry mencari tahu dan belajar sendiri, bertanya kepada teman jika sudah tidak ketemu solusi.
Pantang Menyerah
Setelah wisuda Herry bekerja di IT Support dengan salah satu keluarga yang membuka agensi asuransi kerugian dan appraisal. Herry mengurus semua jaringan, server, *client *dan software. Kerjaan ini sesuai dengan materi skripsi yang terkait dengan perangkat LAN pada warnet.
Waktu kerja cukup santai sehingga mulai menanyakan tentang asuransi. Herry pun terlibat dalam dunia asuransi dengan melobi customer, entertain, cara berpakaian, berbicara, postur tubuh. “Poin tersebut menunjukkan siapa Anda dan tentu saja lawan bicara akan lebih hormat dan menghargai,” jelas cowok yang suka bersepeda.
Banyak suka duka di dunia asuransi dan bekerja dengan saudara, kalau ada masalah bisa kena ke keluarga juga. Oleh sebab itu Herry memutuskan untuk resign, setelah mendapat panggilan sebagai *customer support *di perusahaan lain.
Tahun 2003 Herry berkarier sebagai customer support CRM. Divisi ini menjual solusi CRM untuk helpdesk dan *marketing *seperti ITIL, ITSM *software *dari US. Hal baru yang dirasakan Herry seperti cara custom, belajar dari atasan dan senior yang “hanya” memberikan *high level *saja. Herry pantang menyerah dengan belajar dari buku tebal yang belum ada *softcopy *serta trial by error.
Project pertama melakukan custom dan training. “Cukup berat adalah training karena kurang percaya diri dengan yang dibawakan”, kata pengoleksi perangko. Untungnya senior memberikan masukan bahwa Herry lebih tahu aplikasinya dibanding customer, dapat dikoreksi dan dicatat terlebih dahulu jika tidak tahu.
Berbagai *project *telah dijalani sehingga bertemu dengan tipe *customer *yang berbeda-beda. Tentu saja ini menambah rasa puas dalam bekerja, kadang sifat *customer *menguras batin kalau ada masalah. Herry menghadapinya dengan penuh kesabaran, mendengar kebutuhan atau kesulitan lalu memberikan solusi yang tepat sehingga *customer *merasa senang.
Mengubah Sudut Pandang
Tantangan yang dihadapi Herry adalah pemerataan *knowledge *untuk semua anggota tim. Dengan pemerataan knowledge, tim dapat lebih mandiri dan lebih banyak *project *yang dikerjakan tanpa tergantung pada satu orang. Cara yang dilakukan dengan “memaksa” secara halus seperti memberikan kepercayaan memegang satu project. Sudah pasti dasar harus diberikan dan melihat potensi, termasuk coaching team. “Jangan sampai memberikan langsung jawaban atau solusi karena membuat mereka lebih tergantung kepada kita,” terang cowok yang aktif hiking. Bagi Herry, lebih baik memberikan petunjuk agar anggota tim dapat menganalisis serta menemukan solusinya. Latihan seperti ini akan terus meningkatkan *knowledge *dan kemandirian. Selain itu *bounding team *juga harus dijaga untuk menganggap anggota tim adalah keluarga, tidak ada sekat untuk sikut. Kerjasama sikap saling membantu terjalin hubungan yang baik sehingga dapat memaksimalkan hasil pekerjaan.
Di masa pandemi telah mengubah sudut pandang dalam pengerjaan project. Biasanya *meeting *tatap muka, custom/*develop onsite *di kantor customer, ternyata dapat dilakoni secara online, walaupun awalnya cukup kesulitan. Dari sisi kesehatan dan finansial banyak mengalami perubahan. Poin yang didapat Herry dalam menghadapi masa seperti ini adalah jangan pernah terpaku pada satu sudut pandang, harus out of the box. Terus berusaha, pantang menyerah, jangan cuma angan-angan karena belum tahu hasilnya sebelum dikerjakan. “Jangan lupa tetap berdoa dan bersyukur,” ujar lego expert. (henky honggo)
NB: profil ditulis oleh Henky Honggo
#alumniBinus
#IKABinus
#DivisiMediaSosial
#ProfilAlumni
#Komputer
#ManajemenInformatika
#HerryJuniartoJohan
#Bekasi
#JawaBarat