Lebih Tertarik Wirausaha
PROFIL ALUMNI
Apan
Alumni Ekonomi Akuntansi 1998
Bekasi – Jawa Barat
Lebih Tertarik Wirausaha
Terlahir di Padang Tikar, Pontianak, Kalimantan Barat, Apan sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Sewaktu kuliah kebanyakan mengambil *shift *malam karena membantu orang tua berdagang. “Sebenarnya orang tua saya ngak suruh kuliah malam sih,” kenang cowok yang hobi main catur.
Sewaktu semester 5 sempat mempunyai keinginan berhenti kuliah. Rencana saat itu ingin membuka toko, tetapi dilarang orang tua. “Lah… kok setengah-setengah,” ungkap Apan meniru ucapan orang tuanya. Apan berpikir setelah lulus kuliah tidak berniat untuk kerja, lebih tertarik ke wirausaha.
Ketika menyusun skripsi masuk pada bab 2, ibunda tercinta meninggal dunia. Waktu penyusunan skripsi pun tertunda hingga dua semester. “Puji Tuhan wisuda cuma bisa sama papa berfoto,” kata pemilik zodiak libra.
Toko Telepon Seluler
Setelah selesai kuliah, Apan fokus membantu orang tua. Dalam benak hati kadang terpikir menjadi pengangguran terselubung. “Tapi ya sudahlah kerjakan dengan sebaik-baiknya aja,” terang Apan. *Mindset *yang ada dalam benak Apan adalah ke depan pasti ada jalan. Ini sebagai motivasi memacu diri untuk terus maju.
Sekitar tahun 2014 ada saudara Apan yang membuka toko telepon seluler. Berhubung saudaranya tersebut tidak fokus, maka Apan yang menjaga toko. Setelah selesai tutup toko orang tua, Apan membuka toko telepon seluler. “Sekali lagi Puji Tuhan toko handphone saudara saya berkembang walaupun cuma buka sore ha…ha…,” beber penikmat makanan seafood.
Apan sempat mengalami dilema karena toko orang tua tidak dapat dikembangkan, sedangkan toko telepon seluler hanya buka siang hari. Akhirnya Apan mencoba bicara baik-baik ke ayahnya untuk fokus di toko telepon seluler saja. “Sebenarnya berat buat saya juga berat buat papa, tapi saya harus memilih,” terang Apan.
Kembali Ke Bahan Bangunan
Mengabdi dan belajar di toko telepon seluler selama 5 tahun pun dilakoni Apan. Namun setelah itu Apan “terpaksa” harus meninggalkan toko telepon seluler berhubung kondisi sang ayah sudah berumur dan tidak terlalu sehat. “Dalam hati ngak ada pikiran bagaimana memulai toko bangunan papa lagi,” kata Apan. Satu hal yang dipikirkan bahwa selama ini biaya yang digunakan untuk kuliah berasal dari toko bangunan.
Akhirnya Apan memutuskan untuk kembali ke toko milik ayahnya. “Jaga toko bangunan lagi he…he…,” ujar Apan. Rasa syukur pun selalu dipanjatkan karena ayah Apan masih sempat melihat toko mulai berkembang sebelum dipanggil Yang Maha Kuasa.
Hingga saat ini Apan terus mengembangkan toko bangunan. Sempat terlintas rasa takut sewaktu dari toko telepon seluler ke bahan bangunan. “Sudah zona nyaman, sudah enak sebenarnya he…he…,” ungkap Apan. Tetapi prinsip Apan jika usaha tidak akan mengkhianati hasil, semua pasti ada rintangan. Di masa pandemi masih tetap bertahan dan ke depannya akan membuka cabang. “Tetap kerjakan bagian kita… ora et labora,” jelas Apan. (henky honggo)
NB: profil ditulis oleh Henky Honggo
#alumniBinus
#IKABinus
#DivisiMediaSosial
#ProfilAlumni
#Ekonomi
#Akuntansi
#Apan
#Bekasi
#JawaBarat