Tidak Akan Jadi Guru

PROFIL ALUMNI
Devina
Alumni Sastra Inggris 2011
Jakarta

Tidak Akan Jadi Guru
Sejak awal kuliah Devina sudah mantap ingin mengambil jurusan Bahasa Inggris dengan peminatan business. Baginya program peminatan yang practical, cocok untuk diterapkan di dunia kerja. Saat itu Devina masih memantapkan keinginan bekerja di perkantoran sebagai penerjemah lisan setelah lulus. Oleh karena itu berbagai kegiatan kampus diikuti karena yakin kelak tidak akan dilakukan lagi, salah satunya adalah mengajar.
Tahun 2012, Devina mengikuti program mentoring yang bernama “Duta Binusian”. “Ini pengalaman pertama kali saya mengajar sekelompok adik angkatan berjumlah 5 orang dari jurusan Sastra Inggris,” kata peraih Faculty Excellence Award 2019. Kegiatan dilakoni selama dua semester dengan hati gembira dapat berbagi pengalaman dan bimbingan.
Semester lanjut, keseharian kegiatan Devina semakin padat. Mulai dari bergabung dengan Teach for Indonesia (TFI) dari Binus untuk membantu SD Bimbel, tutoring, hingga mengisi sesi Bahasa Inggris untuk adik angkatan. Pada semester 5 Devina juga melakukan magang di jurusan Sastra Inggris. Saat yang sama, seorang kakak kelas menawarkan lowongan pekerjaan sebagai Assistant Teacher di SMA Kristoforus, Grogol. “Mengapa diambil, toh nanti tidak akan bekerja sebagai guru, saya mau jadi penerjemah lisan di kantor,” kenang penikmat nasi jamblang. Maka dari itu pekerjaan sebagai asisten guru diterima.

Basah Sekujur Tubuh
Pengalaman menjadi asisten guru dijalani selama 1 semester (6 bulan) dengan penuh kesan. Masih terngiang ketika hari pertama datang ke SMA Kristoforus. “Pagi hari saya deg-degan dan malam sebelumnya ngak bisa tidur he…he…,” ujar penggemar olahraga renang. Devina kos di Kemanggisan Ilir dekat Kampus Kijang menuju ke Grogol dengan angkutan umum B91. Di perjalanan rasa nervous selalu terbayang karena hari pertama. Pagi hari itu cuaca tidak bersahabat dengan datangnya gerimis. Devina memutuskan untuk naik ojek dari jembatan Grogol. Saat motor berjalan, hujan turun semakin deras. Ketika melewati kubangan air, bersamaan pula ada mobil yang lewat dengan kencang. “Saya dan tukang ojek terguyur basah ha…ha…,” kata Devina tertawa. Tentu saja bisa terbayang basah sekujur tubuh di hari pertama menjadi asisten.
Setelah selesai skripsi, Devina mencari pekerjaan sambilan. Lagi dan lagi tawaran mengajar diperoleh kembali. Kali ini mengajar karyawan di Pembangkit Jawa Bali (PJB) Pluit. Kelasnya pun diadakan setelah jam kantor. “Batin saya berkata lumayan tidak bangun subuh,” ujar pemilik zodiak gemini.
Waktu yang bersamaan Devina sedang dalam proses melamar beasiswa LPDP untuk sekolah lanjut *magister *di University of Queensland, Brisbane, Australia. Pekerjaan paruh waktu sebagai instruktur sangat membantu memahami konsep belajar yang sesuai. Tanpa pengalaman tersebut, Devina tidak akan mendapat kesempatan dalam mempraktekkan materi yang ada dalam buku teori. Sembilan bulan menjalani bekerja paruh waktu dan ini yang terlama.
Sesuatu Tak Terduga

September 2015 pengumuman beasiswa keluar dan kuliah di Bulan Februari 2016. Jurusan yang diambil adalah *Applied Linguistics *(Linguistik Terapan). Sambil kuliah Devina menyambi menjadi guru Bahasa Indonesia kepada beberapa orang. Rupanya Bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa yang disukai banyak orang. Ada satu murid yang sekarang menjadi sahabat Devina mempelajari Bahasa Indonesia dengan sangat tekun. “Alasannya sih dia tidak mau pikun,” jelas penyuka lagu Down in the Valley. Mengajar Bahasa Indonesia membuat Devina berkaca pada budaya sendiri.

Satu pertanyaan lucu ketika murid Devina mau pergi ke Bali untuk jalan-jalan. Ternyata pertanyaannya bukan cara mencari penginapan atau tempat liburan yang hendak dikunjungi. “Malah tanya bagaimana cara menggunakan toilet jongkok? Apa yang harus dilakukan?” ujar Devina sambil meniru pertanyaan muridnya.
Berbagai pengalaman sudah dijalani Devina dari waktu ke waktu. Ada kesempatan yang diambil, juga ada yang tidak. “Manusia boleh berencana secara matang, namun terkadang kehidupan menawarkan sesuatu yang tak terduga,” jelas pengambil program Fast Track yang lulus kuliah 3.5 tahun. Awalnya tidak mau jadi pengajar, lalu mencoba agar tahu rasanya. Akhirnya “guru” yang menjadikan profesi Devina saat ini. (henky honggo)

NB: profil ditulis oleh Henky Honggo
#alumniBinus
#IKABinus
#DivisiMediaSosial
#ProfilAlumni
#SastraInggris
#Devina
#Jakarta