Angkatan Coba-Coba

PROFIL ALUMNI
Zulner Muhammad Nouraddine
Alumni Desain Komunikasi Visual 1999
Jakarta

Angkatan Coba-Coba
Keglamoran dunia media cetak khususnya majalah dengan kualitas cetak laminasi kertas *glossy *serta gemerlap dunia periklanan, memikat hati Zulner Muhammad Nouraddine masuk kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. “Kebetulan SMU saya dekat dengan Binus, jadinya setiap hari pergi pulang selalu melewati kampus ini, memang udah ngak asing lagi,” kata Nourie panggilan akrabnya.
Tahun 1999 Nourie masuk ke jurusan DKV sebagai angkatan pertama yang disebut angkatan “coba-coba”. Tetapi setelah dijalani Nourie, tidak selamanya benar. Teman-teman DKV Binus angkatan pertama sangat solid. “Mulai dari main bareng, begadang di kampus atau kosan untuk mengerjakan tugas, semua itu biasa saja,” kenang pengoleksi motor tua. Sebagai bukti hingga saat ini ikatan silahturahmi dan komunikasi masih saling terjaga dan tidak berubah.
Bagi Nourie menjadi mahasiswa tidak hanya tergantung pada institusi tempat kuliah, namun harus open-minded dalam menimba ilmu. “Pergaulan harus luas, ilmu ada dimana saja,” terang penggemar masakan Minang. Tidak heran jika semasa kuliah, Nourie sering “mampir” untuk belajar di kampus lain. Kebetulan teman SMP maupun SMU banyak yang mengambil jurusan yang sama di kampus berbeda. Ada juga beberapa dosen yang DKV Binus yang mengajar di kampus tempat teman-teman Norie kuliah, sehingga bisa belajar satu sama lain.

Musik
Melalui kampus, takdir yang membawa Nourie membentuk grup musik dengan genre Indie Pop bersama Alexander Halim (TI 1999), Christ Martin (SI 2000), Santony Fransiscus (EM 1999), serta seorang teman lama bernama Merdi Leonardo dari kampus lain pada pertengahan tahun 2000 bernama Sweaters. Nasib baik juga yang membawa *Sweaters *yang berawal dari sekadar iseng hingga dapat tampil di majalah *Ripple *tahun 2001. Salah satu lagu *Sweaters *masuk dalam bonus kaset pihak majalah tersebut. Ini membuka jalan bisa sampai merilis rekaman berupa kompilasi bersama band-band Indie Pop lain seperti Delicatessen (Oleh, 2002).
Tahun 2003 di luar ekspektasi, sebuah label rekaman asal Jepang Poptastic! Records, *Quince Records *juga menyertakan *Sweaters *dalam dua album kompilasi bersama band-band *Indie Pop International *yaitu *Popshower *(Quince Records, 2003) dan *Guitar Sketch *(Quince Records, 2004). Di tahun yang sama pula, *Sweaters *merilis mini album pertama yaitu Ordinary Girl (Marmalade Records, 2003) dan disusul oleh full album, Written Like Postcards (Lovely Records, 2008).

Main musik bagi Nourie dan teman-teman hanya untuk bersenang-senang. Mampu menerbikan satu rilisan merupakan bonus serta pencapaian yang bersifat positif. Sedangkan membuat orang menyukai karya *Sweaters *adalah suatu kepuasan. “Bagi kami itu adalah cara berbagi kebahagiaan,” kata pemilik zodiak aquarius.
Panggung demi panggung pun dilakoni di sela-sela perkuliahan hingga masa awal bekerja. Mulai dari panggung di bar kecil sampai panggung besar mewakili Indonesia di *Esplanade *Singapura. Di negeri Singa tersebut *Sweaters *melakukan *performance *bertajuk Rock in Region di tahun 2008. Untuk ukuran sebuah band kecil, ini adalah sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Karier

Nourie lulus kuliah sedikit melesat dari jadwal yang semestinya, baru pada bulan April 2004 lulus sebagai seorang sarjana DKV. Setelah itu Nourie bekerja sebagai *in-house designer *pada perusahaan properti selama dua tahun. Tahun 2006 Nourie mendapatkan pekerjaan impiannya di sebuah redaksi majalah sebagai staf artistik dan produksi. Sayang sekali 6 bulan kemudian Nourie harus terkena putus kontrak kerja. “Saya ngak berani bilang ke orang tua, bukan takut dimarahi atau dikasihani, tapi saya tidak mau mereka khawatir,” jelas pembaca buku Beastie Boys Book karangan Michael Diamond & Adam Horovitz.

Saat *jobless *Nourie tetap keluar rumah pura-pura bekerja, padahal datang ke warnet untuk mengirim CV dan portfolio. Selain itu mengerjakan pekerjaan *freelance *yang diperoleh dari teman-teman atau bidding. Nourie juga tidak berlarut dalam kegalauan karena teringat akan kata-kata dosennya. “Enaknya sebagai desainer, kita bisa jalan sendiri sebagai desainer lepas, ngak bergantung dengan harus bekerja di suatu perusahaan,” ungkap Nourie meniru ucapan dosennya. Kalimat ini sebagai pemacu bagi Nourie untuk segera bangkit.
Kurang lebih satu tahun menjadi desainer lepas, Norie kembali bekerja di sebuah stasiun TV kabel sebagai in-house designer yang dilakoni selama dua tahun. Lalu teman lama Nourie menawarkan posisi in-house designer di tempatnya bekerja bidang *hospitality management *yang menaungi Preference Hotels, HARRIS Hotels, FOX Hotels, YELLO Hotels dan POP! Hotels, yaitu TAUZIA Hotel Management pada tahun 2011.

*Hospitality *merupakan dunia baru buat Nourie, sempat ragu karena harus berpenampilan rapi, kemeja dan dasi. Tak disangka bayangan *culture shock *sirna ketika menjalani interview. Suasana kantor berbeda dari yang di benak Nourie tentang dunia hospitality. Hampir semua karyawan adalah anak muda berpakaian santai tapi sopan. “Celana jeans itu hal lumrah di kantor,” jelas pengurus Daihatsu Charmant Community Indonesia.

Pendidikan Sebagai Modal Awal
Gayung bersambut Norie mengambil kesempatan baik tersebut. Dua tahun di posisi Creative Designer hingga menjadi Assistant Creative Manager. Nourie pun naik jabatan ke Brand Manager untuk brand POP! Hotels di tahun 2015, terakhir sebagai Brand Manager HARRIS Hotels dan FOX Hotels di tahun 2019. Perusahaan ini sangat concern dengan brand bahkan mempunyai in-house brand department sendiri. Kesempatan bagi Nourie bisa banyak belajar tentang membangun sebuah brand, strategi dan implementasinya. Tahun 2019 Nourie dipercaya memegang posisi sebagai Brand Activation Manager sampai sekarang.

Kantor tempat Norie berkarier sangat open-minded. Ini membuat Nourie dapat belajar sejak menjadi in-house creative designer hingga posisi sekarang ini. Desain Komunikasi Visual sebagai cinta pertama Norie, ilmu yang dipelajari sejak kuliah. Seiring perjalanan waktu, develop diri untuk melakukan lebih. Perjalanan karir yang panjang tidak selamanya mulus. Bagi Norie, Binus memberikan pendidikan sebagai modal awal bagi dirinya. “Selanjutnya harus open minded untuk belajar hal-hal baru, berani mengambil resiko, berani bertanggung jawab dan berani bangkit ketika jatuh,” terang penikmat musik Classic Punk Rock. (henky honggo)
NB: profil ditulis oleh Henky Honggo
#alumniBinus
#IKABinus
#DivisiMediaSosial
#ProfilAlumni
#DKV
#DesainKomunikasiVisual
#ZulnerMuhammadNouraddine
#Jakarta
Zulner M Nouraddine